Pesona Desa Wisata Gerduren: Menyatunya Keindahan Alam dan Spiritualitas

Hash house harriers Jalan-Jalan
Tim Explore Desa Wisata Gerduren

Suatu pagi, matahari ditutupi mendung bercampur gerimis ketika kami berangkat ke desa wisata yang satu ini. Namanya Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas. Menuju desa ini dari Purwokerto lewat perempatan Tanjung ke selatan. Sampai Margasana belok kanan melewati Desa Gentawangi. Akses jalan khas pedesaan, agak sempit tapi cukup untuk berpapasan. Kebanyakan jalan aspal mulus namun ada beberapa yang berlubang, namun ini tidak begitu menghambat perjalanan kami.

Tujuan kami adalah DTW (Daya Tarik Wisata) Bukit Pertapan Gerduren. Waktu tempuh dari Purwokerto kurang lebih satu jam. Kami berangkat jam 06.45 sampai lokasi tepat jam 07.45. Sesampai di lokasi kami disambut dengan hangat oleh Pak Suyanto, ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Gerduren, dan teman-teman penggiat Pokdarwis Gerduren. Kopi dan mendoan menjadi hidangan sambutan kami, yang kami nikmati di gazebo alami, di bawah rindangnya pepohonan.

Kunjungan kali ini saya bersama dengan seorang Hasher, lebih tepatnya adalah Run Master Purwokerto Hash House Harriers. Namanya mas Agin Suharso, juga seorang Youtuber dengan nama channel sesuai namanya. Peralatan yang dibawa lengkap termasuk Drone yang siap diterbangkan. Hasil kunjungan ke Desa Wisata Gerduren ini juga dapat disimak di channel Youtube mas Agin https://www.youtube.com/watch?v=-g9olBbsHDA&t=38s Juga di channel saya https://www.youtube.com/watch?v=HjFi_eNAc_w&t=9s

Ke Desa Wisata Gerduren ini kami punya dua misi, pertama memberikan semangat kepada para penggiat Pokdrwis sekaligus sharing pengalaman tentang pengelolaan dan pengembangan desa wisata. Misi kedua adalah survey untuk rute hash house harriers alias hiking. Lebih jauh tentang apa itu hash house harriers ada di tautan ini https://s.id/wIw1J. Mas Agin Suharso dalam komunitas hash adalah sebagai Hare yakni orang yang bertugas untuk memberikan guide atau penunjuk jalan ketika run. Biasanya penunjuk jalannya berupa potongan-potongan kertas ukuran mini, yang ditabur di jalur tracking. Dia juga sekaligus menjadi Run Master, yang bertugas untuk menyiapkan lokasi run tiap minggunya. Saya juga sebagai aktivis hash, malah sebagai Hash Master yang memimpin kemunitas hash tertua di Purwokerto yaitu Wijayakusuma Hash House Harriers berdiri tahun 1994.

Aktivitas pertama kami adalah naik ke Bukit Pertapan. Terlihat sudah banyak yang dikembangkan. Ada beberapa titik untuk tempat selfi. Uniknya tempat selfi ini masing-masing diberi nama. Nama salah satu tempat selfi ini adalah Sampan Angin. Dari sini kita bisa melihat wilayah perdesaan di sekitarnya, bahkan bisa melihat perbukitan-perbukitan lain seperti Cirahab, Bukit Slaka, dan gunung Putri dekat Ajibarang. Di tempat ini kami banyak berfoto-ria karena view nya memang sangat bagus, sambil ngobrol tentang pengembangan kawasan ini. Pak Yanto juga minta saran ke saya untuk nama-nama tempat selfi yang belum ada namanya. Saya kasih saran menggunakan nama-nama judul lagu-lagu Jawa yang tenar yang ada nuansa romantisnya.

Setelah asyik berfoto di spot selfi kami naik ke situs pertapan. Situs ini semacam petilasan. Konon merupakan makam dari Mbah Putih, yang menurut tutur tinular orang Gerduren dulu bertapa di situ. Mbah putih ini ada kaitanyaa dengan kerajaan Mataram. Hal ini perlu diteliti secara ilmiah oleh ahli sejarah, mudah-mudahan masih ada narasumber yang mempunyai informasi valid.

Dari bukit pertapan kami turun, tidak melalui rute yang sama. Karena rute ini akan dijadikan rute track untuk hash house harriers, sehingga harus berputar nanti kembali pada titik awal pada saat start. Sampailah kami di perkampungan dekat hutan, dengan tujuan ke Petilasan Lemahjang melalui jalan pinggir irigasi yang sangat asri. Sungai irigasi ini airnya bersih dan lumayan deras, berpotensi untuk dijadikan arena untuk river tubing pakai ban. Ini pasti sangat mengasyikkan, bukan hanya untuk anak-anak tapi juga untuk orang dewasa. Tinggal disiapkan lokasi start dan finish-nya serta daya dukungnya seperti toilet dan tempat bilas. Jalan di pinggir sungai irigasi yang berasal dari kali Tajum ini juga sangat nyaman untuk bersepeda. Jika ditambah aneka tanaman hias di pinggirnya dan dilengkapi dengan aksesoris yang lain pasti menjadi sangat asri.

Dari Petilasan Lemahjang (situs ini perlu ditulis dalam laporan tersendiri), kami mau kembali ke Bukit Pertapan, tempat start kami. Namun di jalan kami harus berhenti karena banyak yang harus kami ampiri. Pertama kami mampir di tempat ibu-ibu berkumpul. Mereka sedang membuat kayu lapis. Menata lembaran-lembaran tipis bahan sisa kayu lapis, ditata dan di lem menjadi bahan setengah jadi kayu lapis alias triplek. Siapa mereka? Ternyata para ibu-ibu, jika dilihat dari usia banyak yang termasuk lansia. Inilah yang melahirkan kekaguman saya. Warga desa ini giat dan produktif bekerja. Dari gerstur dan roman mukanya terlihat bergembira dan bersemangat dalam bekerja.

Berjalan kembali ke parkiran Bukit Pertapan kami mampir ke Pos Bumdes. Salah satu aktivitas usaha Bumdes adalah membuat stik sapu. Kami menyaksikan aktivitas pembuatan stik yang dilakukan oleh pengurus Bumdes. Yang unik dan bikin kagum, mesin bubut pembuat stik ini adalah hasil rancangan wakil direktur Bumdes. Bahan dasar stik adalah kayu Joar, termasuk kayu desa. Karena kayunya dibubut, tentu saja menghasilkan residu atau sisa hasil bubutan berupa serbuk kayu. Wakil direktur Bumdes ini sangat kreatif, disamping mampu merancang mesin bubut pembuatan stik, juga dapat memanfaatkan serbuk kayu sisa bubutan menjadi media budidaya jamur tiram. Kami pun dibawa untuk melihat kandang jamurnya. Bahkan dia menyampaikan, sisa media jamur yang berasal dari sisa bubutan stik ini akan dimanfaatkan lebih lanjut menjadi pupuk. Inilah bukti kreatifitas warga desa Gerduren yang dapat memanfaatkan sumberdaya lokal menjadi bermacam-macam produk. Kita harus belajar dari orang seperti ini.

Perjalanan kami berakhir di pendopo area masuk Bukit Pertapan. Disambut dengan sangat hangat oleh Kepala Desa Pak Bambang Suharsono. Sajian kelapa muda langsung kami nikmati, dan ini sangat tepat menjadi obat haus kami keliling bukit dan desa cukup lama. Berangkat jam 08.00 dan kembali lagi jam 11.20 WIB. Selanjutnya kuliner khas desa Gerduren kami nikmati dengan sangat lahap; sega oyek dengan lauk ikan asin dipadukan dengan lombok ijo dan sayur lompong. Sensasi kuliner pedesaannya sangat terasa.

Sembari makan kami dihibur oleh musik karaoke dengan singer kepala desa yang suaranya sangat merdu melantunkan tembang-tembang Jawa. Di samping Kades yang suaranya bagus, menjelang masuk area masuk Bukit Pertapan kami juga sempat menikmati lantunan lagu yang disuarakan oleh bu Kades. Suaranya sangat merdu bak penyanyi profesional. Ternyata memang Desa Gerduren ini merupakan desa yang banyak melahirkan seniman dan budayawan.

Setelah selesai makan saya menyampaikan kesan dan pesan hasil kunjungan kepada pak Kades. Intinya desa ini memang sudah sangat layak menjadi desa wisata maju karena punya modal alam yang indah dan kekayaan budaya yang komplit yang dapat dikemas menjadi paket wisata menarik. Kuncinya adalah kekompakkan antara pemerintah desa, BPD, Bumdes, dan Pokdarwis. Karena sejauh pengalaman saya keliling desa wisata, kekompakkan diantara merekalah yang yang menjadi kunci utama berkembang dan majunya desa wisata.

In Syaa Allah kunjungan selanjutnya adalah ke desa wisata Cirahab, salah satu desa di Kecamatan Lumbir. Semoga tidak ada halangan, karena saat ini isteri saya sedang terbaring di rumah sakit karena kena typus. Catatan ini juga saya tulis di rumah sakit.

Ali Rokhman

Kamis 24 Desember 2019