Kenangan Oktober 2010 ketika saya menjadi Visiting Academic Staff di University of Technology Sydney.
Di Sydney saya tinggal di Flinders street no 66. Masuk suburb Darlinghurst. Kata orang Aussie sih jarak kampus ke rumah sekitar 30 menit jalan kaki. Tapi setelah saya ukur waktunya, paling cepat 40 menit karena lewat banyak lampu merah yang pasti ada yang merah harus nunggu. Ada dua jalur utama, dari rumah menuju UTS. Pertama, dari Taylor Park terus ke Campbell street, sampai George street belok kiri menuju ke Wake Up Hostel depan Central Stasiun, terus sampai akhir George street, samping kanan itu sudah UTS. Jalur kedua, dari Taylor Park ke Oxford Street sampai ke Hyde Park, lalu ke Liverpool street. Sampai World Square belok kiri sudah ke George street. Dari sini bisa seperti jalur pertama, bisa juga setelah Haymarket (China Town) terus ke Ultimo rd. Ujung Ultimo Rd tepatnya Jones St di mana UTS gedung 10 berlokasi.
Lewat China Town kadang bikin lama, mata tergiur ingin melihat-lihat aneka rupa barang dan makanan yang disajikan. Suatu ketika saya tergiur masuk ke toko Thailand. Di sini paling banyak store China, Thailand lumayan banyak. Vietnam ada beberapa restoran. Korea juga ada. Restoran paling banyak barangkali restoran China dan Jepang.
Di ujung Campbell St sebelah kanan jalan, sebelum George St, pada sebuah toko Thailand yang namanya Mae Cheng (lihat foto), saya tertarik pada telur yang bertulisan “Salted Duck Egg”. Saya pikir ini pasti telur asin kayak di Brebes. Satu pak hargaya 6 dollar. Lumayan buat cadangan kalau gak sempat beli lauk, telur asin ini boleh juga. Saya di sini nasi masak sendiri, praktis pakai rice cooker, lalu lauk beli di luar di restoran yang menyediakan masakan halal.
Saya bayar 6 dollar pada seorang kasir yang jelas orang Thailand, karena dia ngobrol terus sama temannya pakai bahasa Thailand. Sampai di kampus kepengin nyoba seperti apa sih rasanya telur asin Thailand? Apa bedanya dengan telur asin Brebes yang terkenal masir? Setelah kubuka kemasannya, kuambil telur satu butir.. Kupukul pucuknya pelan-pelan ke meja supaya gampang ngupasnya.. Ternyata setelah dipukul, eitt..mancrot.. Pecah lah itu telur… Ya Gusti… Ternyata telurnya masih mentah. Tertulis memang salted… Ya walaupun mentah saya cicipi memang asin. Apa bebek Thailand bisa bertelur asin? Bagaimana caranya memasukkan garam?
Akhirnya pada kesempatan lain di toko China saya lihat ada salted duck egg, tapi ada embel-embel boiled (cooked) salted duck egg (lihat gambarnya). Pikir saya..ini pasti yang betul ini pasti udah matang. Tapi menjaga supaya tragedi tidak terjadi lagi saya teges-teges bertanya ke bu kasir: “is it already be cooked and ready to eat? Jawabannya mantap yes… Akhirnya saya beli. Benar udah matang, jadi lauk makan siang.
Tragedi ini juga mengingatkan saya ketika di Jepang dulu belum tahu kanjinya shio sama sato, garam dan gula. Bentuknya hampir sama, buat kopi pakai shio, rasanya asin sekali. Sampai seharian lidah terasa asin pahit, tidak nikmat makan apapun.