Luar Biasa !!! Ada Mutiara Terpendam:
“Catatan Jelajah Desa Karanggintung Kemranjen, Banyumas”
By Ali Rokhman
Institut Teknologi Telkom Purwokerto (ITTP) bekerja sama dengan Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banyumas (Dinporabudpar) mempunyai program pembinaan dan explorasi potensi wisata ke desa-desa di Kabupaten Banyumas. Jumat 26 Desember 2019 kami berkunjung ke Desa Karanggintung, merupakan desa yang keempat yang kami kunjungi. ITTP melakukan ini karena kami mempunyai visi untuk unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berfokus pada healthcare, agro-industry, tourism, dan small medium enterprises (SMEs) disingkat HATS. Dengan berkeliling desa, kami setidaknya dapat melihat permasalahan yang ada pada masyarakat sekaligus potensi pengembangan terutama untuk bidang tourism, SMEs, dan agro-industry.
Ketika membaca jadwal explore desa yang dikirim oleh Dinporabudpar Kasi Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mas Bahrudin, saya berpikir selama saya keliling desa dalam kegiatan hash house harriers di wilayah Kemaranjen dan Somagede, tidak pernah melintasi yang namanya Desa Karanggintung. Ternyata desa ini memang tidak berada di jalan propinsi, apalagi jalan nasional. Desa ini berada di wilayah dalam di atasnya jalan Somagede-Klampok, Timur Kemawi, dan kalau dari jalan nasional Buntu ke timur, belok kiri di Wijahan melewati Desa Petarangan. Intinya desa ini jarang dilintasi kendaraan antar kota, dan masuk dalam wilayah perbukitan Kendeng.
Walaupun desa ini bukan daerah lintasan, namun ternyata mempunyai potensi yang luar biasa untuk menjadi desa wisata, baik dari sisi keindahan alam, produk pertanian, budaya, maupun kesiapan SDM-nya. Tim explore desa terus terang tadinya menduga, eksplor desa ini paling hanya sebentar karena belum punya banyak Daerah Tujuan Wisata (DTW), tidak akan sampai sore hari seperti eksplor desa-desa sebelumnya. Dugaan kami meleset, baru turun dari mobil saja kami sudah langsung disambut oleh ucapan selamat datang oleh sajian musik kenthongan, dan kekompokkan semua unsur pemerintahan desa berikut Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) beserta pengurus Bumdes. Sajian welcome drink-nya juga spesial produk Pokdarwis yakni Wedang Tapak Bima yang menghangatkan karena mengandung jahe emprit, cengkih, cabe jawa, dan lain-lain.
Potensi DTW yang pertama kami kunjungi adalah Bukit Pangonan. Bukit ini masih dalam pembangunan namun sudah mulai ada pengunjung karena sudah tersedia spot selfi. Dari bukit ini, memandang ke arah bawah kita bisa melihat sampai ke laut cilacap, dan bukit pangonan ini sangat berpotensi untuk dijadikan area untuk terbang paralayang seperti di Gunung Banyak Malang. Sayang karena masih dalam pembangunan belum ada tempat untuk rehat dan berteduh yang nyaman. Pembangunan ini kata Pak Kades menggunakan dana desa. Rencana disamping untuk spot selfi juga akan ditanami durian (wisata durian) dan di area bawah sedang dibangun area untuk panggung hiburan. Sebelum kami mengunjungi potensi DTW lain, di bukit ini kami disuguhi durian montong berwarna orange, produk petani lokal yang rasanya luar biasa, di tambah kelapa muda yang sangat menyegarkan.
Potensi DTW kedua yang kami kunjungi adalah Kebun Situnggul. Berisi kebun cabe rawit yang tertata sangat rapi, dilengkapi dengan tempat rehat berupa pendopo yang sangat teduh dan asri. Kebun ini milik perorangan, Bp Suwarno, pengusaha gula Kristal, warga setempat. Menurut cerita, sebelum dibangun, kebun ini tadinya merupakan area yang jarang dikunjungi warga karena terkenal angker. Namun kini sudah disulap menjadi tempat yang sangat indah dan bersih, kerena penataan yang mengandung nilai seni dan perawatan tanaman yang sangat telaten dan modern. Di sela-sela tanaman cabe rawit yang sedang berbuah sangat lebat, sudah ditanam dengan jarak beraturan pohon kelapa genjah, yang bisa berbuah dalam kondisi tinggi pohon yang masih sangat pendek. Menurut sang pemilik, pohon cabe ini hanya untuk pengisi sementara saja, nantinya akan dijadikan kebun kelapa genjah. Walaupun kunjungan kami ke kebun ini mendadak, namun di pendopo kami mendapatkan suguhan kapi panas yang sangat cocok dengan suasana kebun. Bahkan saya berpikir, suatu saat saya akan mengajak para pejabat IT Telkom untuk rapat manajemen di pendopo ini, dalam atmosfir yang fresh dan menyegarkan semoga muncul ide-ide brilian untuk pengembangan kampus. Apalagi sudah tersedia juga di pendopo ini mini panggung dan peralatan sound system yang lengkap, cocok sekali sebagai pengisi waktu rehat di sela-sela rapat.
Potensi DTW ketiga yang kami kunjunga adalah peternakan ayam. Lho… masa peternakan ayam bisa menjadi DTW?
Ini bukan sembarang peternakan lho. Tapi peternakan ayam Bangkok. Jagonya pun,didatangkan dari Thailand dan Vietnam. Kenapa bisa menjadi potensi DTW? Atau setidaknya agro-industri? Pertama dari sisi tampilan dan penataan kandang. Tidak seperti peternakan biasa. Sangat artistik, dengan cat warna warni. Kebersihannnya jangan ditanya. Sangat bersih dan tidak seperti peternakan lainnya, tidak bau kotoran ayam sama sekali, walaupun saya masuk ke hampir semua area kandang. Kandang tertata apik, dan kelihatan dikelola secara modern. Di peternakan ini ada ratusan ayam ras bangkok yang sedang mengerami, dan di kandang bagian kuthuk (anak ayam), terdapat sekitar 1000 ekor. Produk utama yang dijual dari peternakan ini adalah anak ayam yang berumur sekitar 2 bulan, dilengkapi dengan sertifikat yang menunjukkan keaslian ras. Satu pasang paling murah harganya Rp 3 juta. Pemasaran dan penjualan dilakukan secara online, dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Kebetulan kunjungan saya didampingi oleh kepala Innovation Center IT Telkom, mas Sigit Pramono, dia langsung punya banyak ide, bagaimana memanfaat IT, khusunya Intenet of Things dalam pengelolaan peternakan secara modern.
Potensi ke-empat yang kami kunjungi adalah petilasan dan makam tokoh cikal bakal desa Karanggintung dan sekaligus penyebar agama Islam, dan konon masih ada kaitan keturunan dengan salah satu walisongo. Ini bisa menjadi wisata religi, jika ditambahi dengan narasi cerita yang membuktikan ketokohan orang tersebut. Letak makam juga sangat menarik, di antara makam-makan yang lain, makam tokoh ini menempati posisi di puncak bukit bebatuan dengan penataan yang artistik juga.
Potensi kelima yang kami kunjungi adalah kebun durian. Di kebun ini ada ratusan kebun durian yang sebagian besar sedang berbuah. Rombongan kami langsung antusias untuk berselfi, bahkan sekaligus naik ke pohon yang sedang berbuah. Berbagai jenis durian ada di kebun ini, bahkan jenis musang king yang harganya paling mahal. Di kebun ini kami juga disuguhi durian, tentu saja yang sudah matang dan siap makan. Dalam satu hari kami sudah disuguhi durian dua kali. Di sela-sela dan seputar kebun juga ada pembenihan ikan lele. Berdasarkan penuturan pengelola, ikan lele ini bukan sekedar dipasarkan produk ikannya, namun airnya seminggu sekali digunakan untuk menyirami pohon durian. Cara yang sangat cerdas dan menguntungkan karena airnya sangat cocok untuk pertumbuhan pohon durian.
Di samping kelima potensi di atas, kami juga diajak berhenti sejenak di suatu tugu, di situ tertera tugu perjuangan pejuang kemerdekaan Yasir Hadibroto, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Lampung pada masa Orde Baru. Tugu tersebut sebegai tetenger dulu Pak Yasir dalam perang gerilya di pegunungan Kendeng bermarkas di tempat itu.
Berpindah antar potensi DTW kami diantar dengan sepeda motor sekaligus berkeliling desa. Luar biasa, infrastuktur jalan di Karanggintung ini sudah sangat bagus, sampai jalan setapak pun sudah dilakukan pengerasan. Walaupun kami keliling desa diantar pakai motor matik menjelajah wilayah perbukitan, terasa nyaman dan tidak ada hambatan di jalan.
Di akhir kunjungan kami berkumpul lagi di balaidesa, mas Bahrudin dari Dinas Pariwisata mengawali dengan memberikan catatan-catatan rekomendasi sesuai bidang beliau, dan berdasarkan pengalaman dari desa wisata lain. Kami pun dari IT Telkom memberikan rekomendasi untuk pengembangan, dan memadukan visi misi kami terutama berkaitan dengan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Kami pun mengakui bahwa kami layak belajar dari semangat dan kekompakkan Pemdes dan masyarakat desa Karanggintung dalam mengembangkan desa wisata. Di desa ini telah tumbuh ekonomi yang berbasis ekonomi kreatif, ditandai dengan adanya DTW utama berupa bukit Pangonan dan ditambah perkebunan cabe rawit, serta peternakan ayam Bangkok secara modern. Teryata usaha yang berbasis ekonomi kreatif sekarang tumbuh di desa. Dan ini sangat membangggakan, sekaligus melegakan karena jika ekonomi rakyat yang berbasis di pedesaan tumbuh dengan baik, maka kesejahteraan dan kemakmuran akan semakin merata.
Jumat 26 Des 2019
**alirokhman**
—
Tim Eksplor Desa Karanggintung
Bahrudin (Dinporabudpar)
Ali Rokhman (IT Telkom Purwokerto)
Sigit Pramono (Innovation Center, IT Telkom Purwokerto)
Wachid Nurseah A, Ketua Pokdwarwis Permata, Darmakradenan, Ajibarang.
Dan didukung tim Humas IT Telkom Purwokerto.
Hasil jelajah desa lain ada di channel Youtube
https://youtu.be/kXxO7-dB4sA